Orang yang sudah terlanjur rutin merokok biasanya cukup sulit untuk
menghentikan kebiasaan buruk ini. Efek kecanduan akan muncul seiring
dengan berhentinya mengonsumsi nikotin. Sebab, nikotin punya efek samping harus dipenuhi dengan kadar lebih tinggi jika sudah mengendap di tubuh. Sehingga, bila konsumsi rokok diputus tengah jalan, kondisi ketagihan mungkin muncul. Contohnya lidah terasa pahit atau merasa ada yang kurang.
Menurut studi dari Tel Aviv University’s Sackler Faculty of Medicine,
berhenti merokok yang baik adalah dengan mengurangi jumlah konsumsi
harian. Dengan begitu, racun rokok yang mengendap di tubuh bisa turun
dengan perlahan, tanpa membuat tubuh merasa “terkejut”. Dengan cara ini
pula, perokok mulai membiasakan diri hidup dengan jumlah rokok yang minimal. Saat sudah mampu untuk lepas secara total, dia pun bisa berhenti tanpa berkeinginan mengonsumsinya lagi akibat ketagihan.
Selain itu, studi yang dilakukan Vicki Myers dan timnya ini mengukur
risiko kematian pada perokok yang berhenti merokok secara mendadak, dan
yang berhenti dengan jalan mengurangi asupan rokok harian. Ternyata, perokok yang langsung menghentikan aktivitas merokoknya punya risiko kematian dini sebesar 22 persen.
Sebaliknya, mereka yang berhenti merokok secara perlahan hanya punya
risiko kematiaan dini sebesar 15 persen. Bahkan, mereka ini tercatat
memiliki kehidupan yang lebih baik selama lebih dari 40 tahun setelah
berhenti merokok dengan jalan mengurangi takaran.
Dengan hasil ini peniliti menyimpulkan, salah satu cara efektif untuk membuat perokok menghentikan kebiasaannya ini adalah mengurangi jumlah roko yang dihisapnya.
Perokok lebih diuntungkan dengan cara ini. Tapi, bagaimana pun juga
caranya, berhenti merokok akan memperpanjang harapan dan kualitas hidup
seseorang.
Studi ini diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology.