Peneliti menemukan, orang-orang yang berolahraga atau aktif secara fisik tetap mungkin mengalami pengecilan otak. Hanya saja menurut hasil pemindaian otak dari para relawan, mereka hanya mengalami penyusutan otak dalam jumlah kecil. Dalam studi ini dilibatkan 638 orang berusia 70 tahun ke atas. Mereka semua menjalani pemindaian otak menggunakan alat Magnetic Resonance Imaging (MRI). Satu per satu perubahan struktural otak diamati. Peneliti membandingkan keadaan otak relewan yang rajin berolahraga dan yang rutin melakukan kegiatan bersifat melatih mental untuk melihat pengaruhnya pada otak.
Pada relawan yang berolahraga, mereka tercegah dari kerusakan pada
ganglia dasar. Seperti dikutip BBC, korteks besar – yang menjadi pusat
berpikir manusia – ikut terlindungi dengan aktifnya gerakan fisik. Otak turut mendapatkan nutrisi dan oksigen secara seimbang.
Pasalnya, olahraga membantu aliran darah lebih lancar dan pasokan
oksigen menjadi lebih banyak. Ketika keadaan otak dibandingkan dengan
relawan yang menjaga otaknya dengan games mental, seperti catur atau
teka-teki, hasilnya lebih baik olahraga untuk menjaga kesehatan mental.
Peneliti tidak menyarankan Anda untuk melakukan berbagai olahraga berat untuk mendapatkan menfaat ini. Disarankan, seseorang sebaiknya minimal menyempatkan jalan kaki cepat yang dilakukan beberapa kali dalam seminggu.
Studi ini dimuat dalam jurnal Neurology.