Apa yang terjadi ketika pria dan wanita putus cinta? Wanita mungkin akan menangis selama berhari-hari, sedangkan pria akan nongkrong bersama teman-teman prianya atau teman-teman perempuan barunya. Namun, meski ekspresi wajahnya terlihat tegar, perasaan pria sebenarnya juga sedang terluka. Hal ini menguatkan sebuah penelitian menunjukkan bahwa pria lebih sulit mengatasi patah hati ketimbang wanita.
Profesor Robin Simon, pemimpin penelitian dari Wake Forest University, Amerika, tersebut, mengaku terkejut dengan hasilnya. Maklum, selama ini perempuan lah yang dinilai lebih rapuh dalam menghadapi perpisahan. "Secara mengejutkan, kami mendapati bahwa pria lebih reaktif terhadap kualitas hubungan yang sedang berjalan," paparnya. Itu artinya, kesehatan mental pria jauh lebih terpengaruh oleh stres akibat hubungan yang sulit.
Bila pria lebih sulit mengatasi masa-masa putus cinta, hal itu sebenarnya dikarenakan beberapa hal berikut:
Mereka menekan perasaannya
Ada beberapa hal yang membuat perempuan lebih mudah memulihkan diri ketika patah hati. Kita cenderung meminta kejelasan dari kekasih secara langsung mengenai status hubungan kita, dan ketika dinyatakan putus, kita bisa menangis sejadi-jadinya kapan saja kita mau. Selain itu, perempuan biasanya memiliki jejaring yang luas untuk dijadikan sandaran ketika sedang patah hati. Kita akan berlari kepada teman-teman atau keluarga, dan mendapatkan penghiburan dari mereka (sambil dibela bahwa kekasih memang brengsek.
Sebaliknya, pria cenderung menekan perasaan mereka sehingga terpaksa mengatasi patah hati seorang diri di kamarnya. Sebab ketika masih menjalani hubungan, pria bergantung pada pasangannya untuk mendapatkan keintiman emosional dan dukungan sosial. Hal ini tentu membuatnya lebih sulit menyembuhkan diri.
Kehilangan tempat untuk "pulang"
Pria juga lebih sulit mengatasi putus cinta karena selama ini mereka selalu memandang kekasih mereka sebagai "rumah". Ketika hubungan terputus, pria tak hanya merasa kehilangan perempuan yang dicintainya, tetapi secara emosional juga kehilangan tempat untuk "pulang". Tidak heran ketika patah hati, pria biasanya juga mengalami problem kesehatan yang parah. Pria-pria yang baru bercerai, menurut berbagai studi, mengalami fungsi kekebalan tubuh yang lebih rendah daripada saat menikah. Inilah yang menyebabkannya mudah sakit.
Seks membuat pria dan wanita saling terikat
Bohong kalau ada yang bilang bahwa pria bercinta hanya karena kebutuhan biologis. Mereka pun membutuhkan sisi emosional saat melakukannya. Ketika bercinta, tubuh melepaskan hormon oksitosin dan vasopresin pada otak pria dan wanita. Vasopresin lah yang membantu pria terikat pada Anda. Bila berada di bawah pengaruh vasopresin, pria akan membentuk bonding dengan Anda. Aroma tubuh Anda, wangi rambut Anda, bahkan wangi sabun mandi Anda akan selalu mengingatkan dia pada Anda. Tanpa sadar ia akan mulai memandang Anda sebagai "rumah" yang mengikatnya. Dan, pada sebagian pria, inilah yang membuat mereka bersifat posesif terhadap pasangannya.
Ia ketagihan dengan cinta Anda
Bagi sebagian kecil pria, seks memang membuat mereka kecanduan. Namun bagi sebagian besar yang lain, cinta lah yang membuat ketagihan. Gairah bisa saja memudar seiring berjalannya waktu, namun rasa sayang lebih sulit dihilangkan. Ketika mengingat kekesalan-kekesalannya pada Anda, atau kekurangan-kekurangan Anda, ia merasa lega karena terbebas dari hubungan yang dijalaninya. Namun ia merasa jauh lebih sengsara ketika mengingat kelebihan-kelebihan Anda. Tidak lagi mendapatkan sifat Anda yang selalu memerhatikan, mengasuh, atau mengurus berbagai keperluannya, akan meninggalkan rasa kehilangan yang amat sangat. Ia kehilangan keuntungan emosional yang didapatkan dari aspek-aspek positif dari hubungannya dengan Anda.
Ketegangan dalam hubungan juga menimbulkan kondisi emosional yang lemah karena hal itu mengacaukan identitas dan perasaan berharga dalam diri mereka. Mereka merasa terluka, marah, sekaligus dipermalukan (jika Anda yang memutuskan mereka).
Mereka tak suka memulai dari awal lagi
Banyak pria yang setelah putus terlihat langsung dekat dengan beberapa perempuan. Jangan salah, ia memang terkesan mudah mencari pengganti Anda, namun sebenarnya hal itu hanya merupakan pelarian saja. Ia ingin membuktikan bahwa ia baik-baik saja tanpa kehadiran Anda.
Namun setelah beberapa kali berkencan (mungkin dengan beberapa wanita yang berbeda), ia akan segera menyadari bahwa butuh waktu lama untuk mencapai tingkat kenyamanan seperti yang didapatkannya dari Anda. Ia merindukan keintiman dari hubungannya yang sudah berakhir. Sayangnya, menurut riset dari Carnegie Mellon University, pria sering terlambat menyadari bahwa keintiman sosial, seksual, dan intelektual semacam itulah yang menjadi fondasi dari hubungan yang bertahan lama. Jadi, bukan sekadar sisi seksualnya.